Tahun 2013 lalu, dunia mengenal satu kata baru yaitu selfie. Kini, ada turunannya: groufie. Makna kata itu memang mirip seperti pengucapannya, yaitu selfie secara berkelompok. Bagi penutur asli bahasa Inggris, mungkin terdengar agak aneh. Tak heran karena yang memopulerkan kata itu adalah Huawei Technologies, produsen ponsel cerdas nomor tiga dunia asal China. Dalam kontribusinya untuk kamus bahasa Inggris, Huawei menggunakan metode yang sama untuk menghasilkan kata "selfie" yang dikenal sebagai hypocoristic. Ini adalah metode yang populer di Australia, menggantikan kata mosquito menjadi mozzie dan Australian menjadi Aussie.
Kata "selfie" lahir secara spontan, mencerminkan transfigurasi ponsel menjadi kamera digital yang terkoneksi dunia maya. Kata "groufie" sendiri sudah didaftarkan oleh Huawei di China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat sebagai merek dagang perangkat lunak untuk mengambil foto di ponsel cerdas. Kedua kata ini juga mencerminkan tren yang mulai marak, yaitu kamera ponsel bagian muka yang semakin berkualitas tinggi dari sebelumnya hanya menjadi kamera kedua dengan resolusi rendah untuk keperluan konferensi video jarak jauh. Karena itu, dengan ponsel premium terbaru kini kita bisa menghasilkan foto selfie dan juga groufie yang jauh lebih baik.
Sony yang menjadi pemimpin pasar sensor gambar, membuat perangkat keras untuk kamera belakang atau kamera utama di iPhone dan pernah menjadi pemasok utama Samsung Electronics sebelum perusahaan Korea Selatan itu akhirnya memproduksi sensornya sendiri untuk ponsel galaxy S5. Ini adalah pasar yang baru dan Huawei ada di garis depan. Ponsel Ascend P7 buatan Huawei yang diluncurkan Senin 5 Mei lalu memiliki kamera sekunder dengan resolusi delapan megapiksel atau sama dengan kamera utama di iPhone.
Persaingannya kian ketat. HTC dari Taiwan baru saja merilis ponsel One M8 yang dilengkapi kamera sekunder lima megapiksel. Microsoft yang kini menjadi pemilik pabrik ponsel Nokia juga sedang mengembangkan ponsel dengan spesifikasi yang sama. Produsen ponsel premium Xiaomi asal China akan meluncurkan produk utamanya Mi3s dengan kamera muka dengan resolusi delapan megapiksel pada 15 Mei mendatang.
Bahkan, Apple yang selama ini enggan ikut dalam lomba membesarkan resolusi kamera ponselnya sehingga menyisakan persaingan produsen China dan Nokia saja, dikabarkan mulai tergoda untuk masuk. Kabar berembus bahwa Apple sedang mempertimbangkan untuk menggunakan kamera depan beresolusi tinggi buatan Sony untuk iPhone 6. Semua itu untuk bisa menghasilkan foto selfie dan groufie yang paling sempurna.
Selfie dan mungkin juga groufie adalah perilaku konsumen yang menentukan dan sangat penting. Pada Oktober 2013, sebanyak 35 juta foto selfie telah diunggah ke Instagram. Sebuah jajak pendapat di Inggris tahun lalu menunjukkan bahwa selfie adalah genre fotografi paling populer untuk orang berusia 18 tahun sampai 24 tahun dan mencapai 30% dari semua foto yang pernah diambil. Foto selfie adalah konten yang paling banyak tersebar melalui aplikasi pesan SnapChat, media komunikasi yang lebih disukai kawula muda.
Foto selfie menjadi pendorong kampanye media sosial dan sekaligus telah menjadi penghancur hidup. Mengunggah terlalu banyak foto selfie ke dunia maya terbukti bisa merusak kehidupan nyata. Penelitian baru-baru ini oleh Akademi Amerika untuk Bedah Plastik Wajah dan Rekonstruksi menyimpulkan bahwa fenomena selfie telah mendorong tingginya permintaan untuk reka ulang hidung dan penyambungan rambut. Itu artinya bahwa konsumen semakin terpapar pada metode pemasaran yang terus mendorong ke arah pola hidup konsumtif yang berbahaya.
Kata groufie adalah contoh sempurna dari tren pemasaran ini. Bahwa booming foto selfie memang benar terjadi, maka sungguh mengherankan kenapa produsen ponsel cerdas harus menunggu sangat lama sampai akhirnya memanfaatkan fenomena ini. Proyek linguistik Huawei ini tampaknya juga menawarkan obat bagi selfie. Jika Anda terlalu banyak menggunakan kamera sekunder ponsel, setidaknya ambil gambar Anda bersama beberapa teman atau mungkin bersama dengan beberapa orang asing. Obsesi terhadap diri sendiri mungkin bisa menjadi sasaran pemasaran, namun jelas tak sehat. Lebih baik 'selfie' bersama-sama.
Dari Selfie ke Groufie
Kanca Muda pasti nggak asing lagi dengan kata selfie. Bahkan nggak sedikit dari kamu pasti sering berselfie. Iya, kan? Yap, selfie diartikan sebagai aktivitas memotret diri sendiri atau narsis menggunakan ponsel pintar. Istilah selfie makin populer pada 2013 seiring dengan perkembangan jejaring sosial di dunia maya tempat kamu bisa mengunggah foto pada jejaring sosial.
Nggak berhenti di kata tersebut, selfie rupanya memiliki beberapa kata turunan. Satu di antaranya adalah groufie. Jika selfie adalah memotret narsis diri sendiri, maka kata groufie berarti selfie dalam grup atau berkelompok. Bagi penutur asli bahasa Inggris, mungkin kata groufie terdengar agak aneh. Dan hal itu wajar saja terjadi karena yang memopulerkan groufie adalah Huawei Technologies, produsen ponsel pintar terbesar ketiga dunia asal China.
Dalam kontribusinya untuk kamus bahasa Inggris, Huawei menggunakan metode yang sama ketika menghasilkan kata selfie yang dikenal sebagai hypocoristic. Ini adalah metode yang populer di Australia, misalnya kata mosquito berubah menjadi mozzie dan Australian menjadi Aussie.
Kata groufie sendiri udah didaftarkan Huawei di China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat sebagai merek dagang perangkat lunak untuk selfie. Tapi selain sebagai merek dagang, groufie pun kerap dipakai dalam percakapan harian. Nah, selain groufie, selfie juga melahirkan istilah turunan lain kayak helfie, belfie dan drelfie . Ketiga kata tersebut punya pola makna yang hampir sama, yang intinya memotret diri sendiri. Hanya saja lingkup foto narsisnya lebih sempit. Yup, helfie di sini berarti orang yang memfoto rambut sendiri. Sementara belfie adalah orang yang memfoto bagian belakang diri sendiri. Lalu drelfie artinya memotret diri sendiri saat mabuk.
Booming kata selfie pada 2013 membuat Oxford Dictionary menyatakan kata tersebut sebagai Word of the Year. Dan saat itu juga secara resmi kata selfie masuk ke sumber referensi kamus online bahasa Inggris Oxford Dictionary. Di kamus daring itu kata selfie diartikan gambar diri sendiri yang biasanya diambil dengan smartphone atau webcam untuk diunggah ke jejaring sosial.
Yang perlu dicatat, Oxford Dictionary Onlines berbeda dengan Oxford English Dictionary, meski berasal dari induk yang sama. Oxford Dictionary Onlines melakukan adaptasi lebih luwes, lebih cepat, dan lebih progrestif untuk mendaftarkan kata-kata baru yang muncul. Kamus daring itu memang mendaftarkan kata-kata populer yang ada di dalam bahasa Inggris modern. Sementara, Oxford English Dictionary lebih kaku dan selektif dalam menyerap kata baru.
Habis selfie, muncul groufie
Setelah selfie, Anda sebaiknya menambahkan kosakata groufie sebagai sarana gaul di media sosial. Groufie merupakan singkatan group selfies.
Adalah Huawei Technologies yang mencoba mempopulerkan istilah tersebut. Groufie adalah selfie yang dilakukan bersama-sama. Jadi, lebih dari satu orang.
Nah, perusahaan telekomunikasi Tiongkok itu telah menanamkan software baru pada produk smartphone terbarunya, yang memungkinkan pengguna mengambil foto diri beramai-ramai. Huawei telah mendaftarkan groufie sebagai merek dagang.
Media sosial menjadi begitu penting. Kami harus bisa membuat orang merasakan perbedaan yang ditawarkan ponsel Huawei, ujar ShaoYang, Vice President Marketing Divisi Device Huawei, mengutip Wall Street Journal, Rabu (7/5).
Pengenalan groufie merupakan bagian peluncuran produk terbaru Huawei yang bertajuk Ascend P7 di Paris, Prancis.
Ternyata, Foto Groufie Lebih Diminati Daripada Foto Selfie
Meski media sosial saat ini makin membooming, ternyata masih banyak orang yang mengatakan lebih menyukai koneksi secara fisik dengan orang lain, daripada melalui dunia maya.
Hal tersebut terungkap dari survei P&G yang dilakukan oleh Taylor Nelson Sofres (TNS) tahun 2014 terhadap 1400 responden di seluruh Asia. Dalam survei tersebut terlihat 72% responden di Indonesia mengaku masih menikmati dan menghargai koneksi secara fisik dibanding koneksi secara virtual.
Dan masih banyak orang yang lebih suka berfoto bareng grup atau grufie, dibandingkan foto sendiri atau selfie. Hal itu menunjukkan bagaimana groufie dapat menjadi tren yang berkembang karena memiliki jauh lebih banyak nilai sosial dibanding selfie yang hanya dilakukan sendiri untuk disebar ke media sosial.
“Ternyata menurut survei yang kami lakukan tahun ini terhadap 300 responden di Indonesia, 78% merasa #groufie lebih menyenangkan daripada selfie karena aktivitas ini melibatkan grup. Namun 46% di antara mereka tidak percaya diri untuk berdekatan melakukan #groufien," kata Febrina Herlambang, Brand Communication Manager P&G Indonesia. Head & Shoulders.
Menurut survei SelfieCity 2014, foto selfie yang diunggah di media sosial hanya 3%-5%. Kini banyak orang lebih suka mengunggah foto makanan, hewan peliharaan, dan yang paling penting foto bersama teman-teman dan keluarga. #groufie juga menjadi salah satu tren yang banyak diunggah di berbagai media sosial. Bukan hanya wanita yang mengunggah #groufie mereka, tapi juga pria bersama teman atau rekan kerjanya.
Alasan, mengunggah foto berkelompok, #groufie di media sosial bisa menjadi tren dalam waktu singkat, karena beberapa alasan.
Menurut rilisnya, dari hasil survei Head & Shoulders terhadap 300 responden di Indonesia yang mengungkapkan 78% berpikir lebih senang ketika melakukan #groufie dibanding selfie. Lalu 73% berpikir lebih terlihat bahagia ketika mereka ada dalam foto #groufie dibanding ketika mereka selfie. Kemudian 56% berpikir mereka terlihat lebih menarik ketika mereka berada pada foto #groufie dibanding foto selfie.
Sumber: Internet